Friday, December 2, 2011

titik nol. Bismillah

www.google.co.id/imgres
titik.

Titik-titik yang tersusun sedemikian rupa sehingga  memiliki pangkal dan ujung mendefinisikan sebuah garis. Garis ini kemudian dapat dibentuk menjadi suatu pola yang melambangkan sesuatu bila dihimpunkan dengan garis2 lain. Pola ini akan menjadi suatu gambaran ekspresi yang menarik ketika dipermutasikan dengan pola serupa atau dikombinasikan dengan pola yang sama sekali berbeda. Yang, semoga gambaran ini bagi teman-teman kiranya memilah-milah apa yang baik dan menyisihkan apa yang dirasa kurang baik sehingga pembaca dan penulis dapat mengambil manfaat. Sekaligus, diharapkan menjadi ladang bagi si penulis. Namun, segala kesalahan adalah dari diri ini dan kebenaran hanyalah milikNYA.
 

memulai dari titik nol. Bismillah.

Sunday, October 16, 2011

stuck update software center

Ketika Error di Jendela Ubuntu Software Center11.04 >




Tulisan yang muncul adalah>


An unresolvable problem occurred while initializing the package information.

Please report this bug against the 'update-manager' package and include the following error message:

'E:Encountered a section with no Package: header, E:Problem with MergeList /var/lib/apt/lists/extras.ubuntu.com_ubuntu_dists_natty_main_binary-i386_Packages, E:The package lists or status file could not be parsed or opened



hal ini ditandai dengan jendela ubuntu software center yang munyer2 tanpa memunculkan ikon2 pilihan software.


Solusi >



Buka terminal


sudo apt-get clean
sudo apt-get update
sudo apt-get upgrade

sudo rm /var/lib/apt/lists/* -vf 

Problem Solved !

Semoga Bisa Menjadi Jawaban Untuk Bu Guru

شرح عمدة الأحكام ح 53 في المواقيت
عن أبي المنهال سيار بن سلامة قال : دخلت أنا وأبي على أبي برزة الأسلمي فقال له أبي : حدّثنا كيف كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي المكتوبة ؟
فقال : كان يصلي الهجير التي تدعونها الأولى حين تدحض الشمس ، ويُصلي العصر ثم يرجع أحدنا إلى رحله في أقصى المدينة والشمس حية ، ونسيت ما قال في المغرب ، وكان يستحب أن يؤخِّر من العشاء التي تدعونها العتمة وكان يكره النوم قبلها والحديث بعدها ، وكان ينفتل من صلاة الغداة حين يعرف الرجل جليسه ، ويقرأ بالستين إلى المائة .
في الحديث مسائل :
1 = لم يكن السؤال عن كيفية صلاة النبي صلى الله عليه وسلم ، وإنما عن أوقاتها ، وهذا ما فهمه الصحابي .
2 = حرص سلف الأمة على السؤال عن هدي النبي صلى الله عليه وسلم في كل أمر من أمورهم ، وفي كل شأن من شؤونهم .
وحرصهم على اصطحاب أبنائهم إلى مجالس العلم ، ولو لم يكن في ذلك إلا تعظيم العِلم في نفوس الأبناء ، وصِلتهم بالعلماء لكفى .
كما أن الرجل إذا اصطحب ابنه - صغيرا كان أو كبيرا - كان ذلك أدعى لتوقير العِلم والعلماء ، والنظر إلى العلماء على أنهم هم القدوات في زمن غابت - أو غُيِّبت - فيه القدوات الصلحة ، وأصبح - في كثير من الأحيان - القدوات هم حثالة المجتمعات من أهل الفن أو الرياضة ، والله المستعان .
3 = قوله " المكتوبة " يعني الصلاة المفروضة ، لقوله تعالى : ( إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا ) .
4 = من الأحاديث التي جاء فيها تحديد الأوقات بِدقّة
ما رواه مسلم عن بريدة رضي الله عنه أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن وقت الصلاة ، فقال له : صلِّ معنا هذين - يعني اليومين - فلما زالت الشمس أمر بلالا فأذّن ثم أمره فأقام الظهر ، ثم أمره فأقام العصر والشمس مرتفعةٌ بيضاءُ نقيةٌ ، ثم أمره فأقام المغرب حين غابت الشمس ، ثم أمره فأقام العشاء حين غاب الشفق ثم أمره فأقام الفجر حين طلع الفجر ، فلما أن كان اليوم الثاني أمره فأبرد بالظهر ، فأبرد بها فأنعم أن يُبرد بها ، وصلى العصر والشمس مرتفعة أخّرها فوق الذي كان ، وصلى المغرب قبل أن يغيب الشفق ، وصلى العشاء بعد ما ذهب ثلث الليل ، وصلى الفجر فأسفر بها ، ثم قال : أين السائل عن وقت الصلاة ؟ فقال الرجل : أنا يا رسول الله . قال : وقت صلاتكم بين ما رأيتم .
وفي رواية لمسلم : ثم أمره الغد فنوّر بالصبح ، ثم أمره بالظهر فأبرد ، ثم أمره بالعصر والشمس بيضاء نقية لم تخالطها صُفرة ، ثم أمره بالمغرب قبل أن يقع الشفق ، ثم أمره بالعشاء عند ذهاب ثلث الليل أو بعضه .
وفي صحيح مسلم من حديث عبد الله بن عمرو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : وقت الظهر إذا زالت الشمس وكان ظل الرجل كطوله ما لم يحضر العصر ، ووقت العصر ما لم تصفّر الشمس ، ووقت صلاة المغرب ما لم يغب الشفق ، ووقت صلاة العشاء إلى نصف الليل الأوسط ، ووقت صلاة الصبح من طلوع الفجر ما لم تطلع الشمس ، فإذا طلعت الشمس فأمسك عن الصلاة فإنها تطلع بين قرني شيطان .


Saturday, September 3, 2011

ini untuk menjawab kenapa kita harus turutin pemerintah


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَكُوْنُ بَعْدِيْ أَئِمَّةٌ، لاَيَهْتَدُوْنَ بِهُدَايَ، وَلاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِيْ، وَسَيَقُوْمُ فِيْهِمْ رِجَالٌ، قُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الشَّيَاطِيْنِ فِيْ جُثْمَانِ إِنْسٍ. قَالَ (حُذَيْفَةُ): قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيْعُ لِلأَمِيْرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ!

“Akan ada sepeninggalku nanti para imam/penguasa yang mereka itu tidak berpegang dengan petunjukku dan tidak mengikuti cara/jalanku. Dan akan ada di antara para penguasa tersebut orang-orang yang berhati setan namun berbadan manusia.” Hudzaifah berkata: “Apa yang kuperbuat bila aku mendapatinya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaknya engkau mendengar dan menaati penguasa tersebut walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu dirampas olehnya, maka dengarkanlah (perintahnya) dan taatilah (dia).” (HR. Muslim dari shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman, 3/1476, no. 1847)
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

شِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ وَتَلْعَنُوْنَهُمْ وَيَلْعَنُوْنَكُمْ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهُ! أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟ فَقَالَ: لاَ، مَا أَقَامُوا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ 
مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Seburuk-buruk penguasa kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian mencaci mereka dan mereka pun mencaci kalian.” Lalu dikatakan kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, bolehkah kami memerangi mereka dengan pedang (memberontak)?” Beliau bersabda: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah-tengah kalian. Dan jika kalian melihat mereka mengerjakan perbuatan yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya dan jangan mencabut/meninggalkan ketaatan (darinya).” (HR. Muslim, dari shahabat ‘Auf bin Malik, 3/1481, no. 1855)”

Thursday, August 4, 2011

Islam, Iman, dan Ihsan

Ramadhan#5 Hadist#2

Panduan dari Allah agar tujuan hidup kita benar yaitu Mardhotillah...

Iman

Penjabaran Nabi yang kemudian menjadi Rukun Iman yang 6, jika diringkas ada 2 hal pokok konsep iman; Pertama, iman pada yang 6. Yang ke-dua, iman pada hari setelah kehidupan di dunia dimana kita mempertanggungjawabkan amal kita di dunia. Misi nabi adalah meluruskan umat manusia agar iman dan mempercayai hari pembalasan. Kedua hal ini yang menjadi sebab seseorang berbuat kebaikan (prestasi baik) di muka bumi. Karena kalau tidak, ia harus mempertanggungjawabkannya di hari pertanggungjawaban. berangkat dari cara pandang dan perilaku yang lepas dari keimanan, dapat dipastikan ia akan hidup yang permisif (serba boleh) maka ia hidup di masa sekarang dan hanya berfoya2. cepat atau lambat, model kehidupan seperti itu akan destruktif, bahkan meruntuhkan peradaban manusia.

Ihsan

Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat Allah. meskipun engkau tidak melihatNYA, sesungguhnya ia melihatmu.

sesungguhnya ihsan ini mendorong agar segala perbuatan kita ikhlas karena Allah. Islam serupakan sebagai "form" maka iman menjadi "inform" karena "form" takkan berarti tanpa "inform". Ihsan berperan sebagai "etik" sehingga form dan inform menjadi "perform" yang akhlaqul karimah.

Tanda2 Kiamat


1. ketika sudah banyak budak yang melahirkan anak tuannya. para mufassir menjelaskan ini adlah simbolik. isyarat yang menunjukkan norma2 sudah terjungkirbalikkan. yang seharusnya dihormati, tidak dihormati. yang seharusnya ditakuti, malah takut.
2. karena kemiskitan. kalau terjadi kemiskinan, sesungguhnya di balik kemiskinan terdapat ketidakadilan.
3. tanda2 ketidak adilan--> ketika penggembala berlomba-lomba membangun gedung tinggi.

hal-hal di atas bukanlah forecasting atau ramalan. teptai merupakan sosiometrik.

Wednesday, August 3, 2011

Percakapan dengan Jibril

Ramadhan#4 Hadist#2

Menerangkan peracakapan Rasulullah dengan malaikat jibril yang menyamar sebagai manusia. Ia (Jibril) bertanya pada Muhammad:
  1. J : Terangkan padaku apa itu Islam?
    M: Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah RasulNYA. engkau menunaikan shalat, engkau memvayarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan haji bagi yang mampu.
  2. J : Terangkan padaku apa itu Iman?
    M: Engkau percaya/yakin pada Allah, Malaikat2NYA, Kitab2NYA, Rasul2NYA, hari Akhir, dan ketentuanNYA yang baik dan buruk
  3. J : Terangkan padaku apa itu Ihsan?
    M: Engkau beribadah kepada Allah se-olah2 engkau melihatnya, kalaupun engkau tidak melihatNYA, maka yakinlah bahwa IA melihatmu.
  4. J :Terangkan padaku tentang hari akhir?
    M: Yang tanya lebih tahu daripada yang ditanya
  5. J : Kabarnya tanda2 datangnya hari akhir itu?
    M: apabila budak melahirkan anak majikannya, bila engkau melihat orang bertelanjang badan (karena kemiskinan), apabila engkau melihat penggembala (tokoh) berlomba membangun gedung besar.

lalu pergilah Lelaki itu.

M : Umar, apakah engkau mengetahui  lelaki tadi?
U : Allah dan rasulnya lebih mengetahui
M : Ialah Jibril yang datang untuk mengajarkan agamamu.

dari hadist di atas, islam digambarkan sebagai process of becoming, bukan sebagai state. sehingga bisa saja di akhir penghujung umur kita proses itu belum selesai. sehingga janganlah seseorang mati kecuali dalam keadaan Islam.

Tuesday, August 2, 2011

Ramadhan#2

Tentang Pentingnya Niat:

..إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل إمرئ ما نوى

Hadist yang diriwayatkan 2 perawi hadist, hadist ini tergolong rangking teratas sehingga isi dan ajarannya dapat dipertanggungjawabkan. terjemahan bebas kurang lebih: Dari abu Hafs (Bapaknya Singa) - sebutan lain dari Umar ibn Khattab r.a. : "aku mendengar rasulallah saw bersabda: "sesungguhnya amal tergantung niatnya. barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya akan menyampaikannya. atau yang hijrahnya karena dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya akan menyampaikannya.


Asbabul wurudnya (sebab peristiwa yang menyebabkan turunnya hadist ini: dari Ibnu Masud: diantara kami ada laki2 yang melamar seorang wanita yaitu Ummul Qois. karena wanita ini ingin ikut hijrah Rasulullah sehingga laki-laki itu ikut hijrah. sehingga diantara para sahabat ada yang memperolok hijrahnya ia karena Ummul Qois. maka turunlah hadist ini.

seluruh ulama bersepakat bahwa niat menjadi syarat sahnya sebuah amal. yang membedakan perbuatan bernilai atau tidak, salah satunya adalah niatnya itu. mis: wudlu minus niat, tak lebih seperti orang raup (cuci muka), puasa minus niat, tak lebih seperti orang diet. lapar yang kelaparan tanpa diniati dapat menjadikan seseorang berlaku kejam.

imam abu daud mengomentari hadist ini bernilai setengah amal. karena  terbagi antara sisi perbuatan dan sisi batiniah yang didalamnya adalah niat: menjadi 1/3 dari ilmu, karena ilmu yang menjadi laku bersentuhan dengan gerak hati, lisan , dan perbuatan landasannya adalah niat.

"Niat seorang muslim itu lebih baik daripada amalnya: karena amal tanpa niat itu sia-sia. sedang niat yang disertai amal mendapat pahala. bahkan apabila niat yang tidak kesampaian amalnya karena habisnya umur, maka dihitung sebagai amal

Berapa banyak amal duniawi karena niatnya benar, menjadi amal ibadah. berapa banyak amal agama namun niatnya salah, maka amalnya tidak bernilai apa-apa.
semoga segala aktivitas kita benar niatnya, ikhlas lillah ta'ala.

'''''''  

ramadhan 1432

Yup, ramadhan tahun ini telah tiba. alhamdulillah kita masih diberi kesempatan, semoga bisa mengikuti frekuensi ramadhan kali ini dan dipertemukan dengan ramdhan2 berikutnya. amin.

Seperti aktivitas di tahun2 sebelumnya, al-hikam tetap mengadakan pengajian "Mursidul Amin" menjelang berbuka, dimulai pukul 16.30 s.d. waktu maghrib tiba. kemudian dilanjut dengan berbuka bersama dan maghrib berjamaah. tak lupa ambil jatah ta'jil di dapur, yang kali ini, sudah dua malam terakhir sesi pengambilan tajil diawali dengan sedikit pembicaraan konyol:

Mbak dapur   : berapa orang mas? tulis di kertas situ
saia              : oke, satu mbak..
Mbak dapur   : kamar berapa?
saia              : kamar saia g ada nomornya mbak.. gimana dong?
Mbak dapur   : ah, mungkin kamar yang di gedung induk itu yang 12 orang itu..
saia              : bukan mbak, saia tinggal sendiri di gedung merah yang depan itu..
Mbak dapur   : ambil satu, tulis di baris gedung induk yang 12 orang..
saia              : saia gedung merah mbak..
Mbak dapur   : tulis aj..
saia              : iya deh.. (ngalah, hiks)

waktu maghrib memang begitu cepat. baru ngabisin satu kolak aja tau2 udah adzan isya. yep2, rutinitas dilanjutkan dengan Isya berjamaah dan tarawih. nah, ada yang berbeda pada ramadhan kali ini. Kultum yang biasanya diisi dengan kuliah dari asatidz atau santri, kali ini disampaikan langsung oleh Ust Moh Nafi. beliau menyampaikan bahwa kultum akan diisi dengan membahas kitab 40 hadis yang judulnya saia lupa. jd insya4jj1 selama ramadhan ini setiap harinya akan dibacakan hadist pilihan. selengkapnya kan saia posting setiap hari. insya4JJ!..

Saturday, January 22, 2011

Bercinta (Alam) Sesuai Etika?


Oleh: H. Ihsan Muchtar*

Take nothing but picture
Leave nothing but footprint,
Kill nothing but time

Bagi seorang pendaki bukanlah menjadi hal baru bila ia menemukan coretan-coretan di lokasi puncak atau di jalur pendakian. Tulisan vandalism seperti Ekspedisi 7 Puncak, Hamster love Marmut forever, GEMPALA waz here, dan lain sebagainya yang kerap ditemukan terpampang di batu-batu, pepohonan, atau papan peringatan. Belum lagi ditambah dengan bungkus mie, permen, snack, kertas dan sampah yang berserakan di mana-mana.

Karenanya, tepatlah bila di kalangan pencinta alam terdapat etika berkegiatan. Kesadaran akan Take nothing but picture, leave nothing but footprint, and kill nothing but time akan sangat membantu dalam usaha konservasi namun tidak menghambat dalam berkegiatan di alam bebas.

Namun, apakah sebenarnya seorang pencinta alam harus benar-benar mengamalkan hal di atas secara tekstual? Pada kenyataannya, seseorang tidak benar-benar mengamalkan ketiga hal diatas. Misalnya ketika kita tidak boleh mengambil apapun, apakah ketika kita mengambil air untuk kebutuhan perjalanan dianggap telah melanggar etika? Dan itu berarti seorang pendaki diharuskan benar-benar membawa air dari start point hingga selesai perjalanan. Apakah ketika seorang pendaki mendapat ‘panggilan alam’ ia tidak diperbolehkan ‘men-download’ di alam dan harus membawa setiap tetes atau setiap gram dari kotorannya agar tidak melanggar etika? Ataukah ia tidak diperbolehkan untuk meninggalkan string line atau melukai pohon dengan konsekuensi besarnya peluang untuk tersesat ketika kembali ke jalur yang sama? Dan apakah seorang pendaki tidak diperbolehkan membunuh binatang buas atau berbisa yang mengancam keselamatan dirinya?

Manakah yang disebut pencinta alam ketika seseorang yang memindahkan seekor ulat di jalur pendakian agar tidak terinjak oleh teman di belakangnya ataukah seseorang di dalam tenda yang tanpa ragu membunuh seekor serangga kecil yang mengganggu di tengah evaluasi dan briefing malam hari?

Ketiga etika tersebut seyogyanya dipahami esensi yang melatarbelakanginya. Eksploitasi terhadap alam walaupun sedikit tetapi dilakukan oleh banyak orang tentunya akan berdampak ekologis. Sebaliknya, secuil usaha lestari yang dilakukan banyak orang pastinya dapat berdampak besar pada terjaganya keseimbangan alam. Sehingga sejatinya seorang pecinta alam berusaha untuk menjaga kelestarian alam dan turut melakukan konservasi dalam berkegiatan alam.

Dengan demikian, ketika etika menghambat tujuan mencintai itu sendiri, apakah berarti tidak diperbolehkan bagi seorang pencinta alam untuk mengambil sesuatu di alam untuk tujuan konservasi? Entah apa jawaban yang tepat. Dibutuhkan penyamaan persepsi dalam menafsirkan hal ini. Hanya, jawaban sementara yang, mungkin, masih masuk akal, : “maaf, mas. Sy cuma pencinta (atau penikmat) alam yang masih (dianggap) gobl*k”.  Dengan sedikit bumbu guyon tentunya.

Ketekunan menggeluti kegiatan alam bebas seharusnya bisa membentuk kita lebih kreatif dan arif dalam menyikapi berbagai hal, utamanya kesulitan hidup. Selain itu juga membuat manusia menjadi lebih capable to survive. Pada akhirnya, Berpetualang di alam bebas memang bisa memberikan pelajaran kehidupan yang berharga bagi kita.



Welirang, 5 Oktober 2010, 00.35 am

*) Penulis adalah anggota tim aplikasi AMED XXXIII IMPALA UNIBRAW